Psychological testing anastasi urbina free download pdf






















Investors may not be able to liquidate their interest in an Issuer. Operations information. Its size is only Therefore, expectations about fundraising by placement agents should be realistic.

Prospective investors in the Fund must only rely on their own examination of the legal, taxation, Private Placement Platforms only trade prime bank notes by arbitrage. Interest, pursuant to the terms of this confidential private placement memorandum, including all exhibits attached hereto and any supplements this "Memorandum".

The Company has applied for, and expects, subject to successful completion of the Private Placement and the necessary approvals from the Oslo Stock Exchange, having its shares admitted to trading on The other kind of private placement adoption occurs when a parent is having problems, and grandparents, aunts or uncles, siblings or close family friends agree to take care of the children outside of the foster care system.

While an IPO requires a company to be registered with the Securities and Exchange Commission SEC before it sells Private Placement, which may not be comparable to prices paid by such other investors, or reflect comparable terms.

Private Placement Memorandum — Preferred Shares. It was. Private Capital Corporation. A Nevada Corporation. Page 6 of 18hygh ag - private placement memorandum swiss version page 1 confidential private placement memorandum hygh ag these are speculative securities which involve a high degree of risk.

Download PDF, 4. Interests will, at the sole discretionPrivate Placement Life Insurance "PPLI" is a variable universal life insurance product designed for high net worth investors. Every case is different. Each Class A Unit is priced at , SON dirancang sejak tahun — , di Amsterdam, kemudian dilakukan revisi-revisi.

Cattel terdiri dari 3 bentuk yaitu Skala 1 untuk anak usia 4 tahun — 8 tahun, skala 2 untuk anak usia 8 tahun — 13 tahun atau dewasa rata-rata, skala 3 untuk murid SLTA ke atas atau dewasa superior. Dengan jawaban itu kadang orang yang bertanya hanya bisa manggut-manggut mengiyakan tentang arti atau definisi tersebut. Bakat adalah karunia atau pemberian Allah kepada manusia.

Manusia berkewajiban untuk memunculkan, mengasah, mengembangkan pemberian Allah ter- sebut. Hal ini sebagai bentuk syukur kita kepadaNya jika kita bisa mengembangkan bakat tersebut. Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes inte- ligensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ.

Semula IQ inilah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan di berbagai bidang. Namun IQ tidak dapat memberikan banyak in- formasi, jika ada dua orang mempunyai IQ yang sama, tetapi pres- tasi belajar atau prestasi kerjanya berbeda Anastasi, Perlu diketahui tes inteligensi tidak memberikan rekomendasi untuk me- lakukan analisis kemampuan secara diferensial.

Oleh karena itu para ahli yang melakukan analisis diferensial tes inteligensi diragukan validitasnya. Istilah bahasa Inggris bakat disebut talent. Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan.

Contoh kemampuan berbahasa inggris, kemampuan musikal. Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi di mana menunjukkan po- tensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi ini biasanya bergantung pada ke- mampuan belajar indidividu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan-kesempatannya untuk memanfaatkan kemampuan ini. Definisi bakat yang ditegakkan dalam koridor gugus utama umumnya mengacu pada dua pemahaman.

Bakat adalah bawaan, given from God, dan bakat adalah sesuatu yang dilatih. Yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini telah memiliki bakat berupa anugerah dari Sang Maha Kuasa. Tujuan mengetahui bakat yang pertama adalah untuk melakukan diagnosis, dengan mengetahui bakat seseorang maka akan dipahami potensi yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testee di masa kini secara lebih cermat.

Permasalahan itu baik dalam pendidikan, klinis maupun industri. Dengan bantuan tes bakat ini maka diharapkan psikolog dapat memberikan suatu treatment yang tepat bagi kliennya. Tujuan mengetahui bakat yang kedua untuk prediksi, yaitu untuk memprediksi kemungkinan kesuksesan atau kegagalan sese- orang dalam bidang tertentu di masa depan.

Prediksi meliputi se- leksi, penempatan, dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang di- tuntut oleh suatu lembaga. Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa makin orang dapat mencapai ke- matangan fisik dan mental maka bakatnya juga akan mengalami perkembangan.

Lingkungan yang baik akan menunjukkan perkembangan bakat- bakat yang ada pada individu yang bersangkutan. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat.

Tes bakat ada- lah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial se- seorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Tes bakat adalah tes kemampuan khusus disebut juga tes perbedaan individual, tes yang terpisah separated test. Faktor-faktor yang diungkap oleh tes bakat yaitu ; a. Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu.

Kepribadian mencakup usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam namun khas yang dilakukan oleh individu. Tes kepribadian merupakan suatu alat ukur yang disusun untuk mengungkap kepribadian seseorang.

Untuk menggunakan suatu alat ukur kepribadian perlu melihat landasan teoritisnya sehingga dapat menggunakan alat tersebut dengan tepat. Alat tes yang di- susun untuk mengungkap kepribadian secara garis besar dapat di- kelompokkan berdasar : teknik pengungkapannya proyektif dan non proyektif , bentuk alat verbal dan non verbal.

Tes kepribadian yang menggunakan teknik proyektif sering disebut tes proyektif. Tes proyektif Proyeksi merupakan suatu proses pelampiasan dorongan, pe- rasaan dan sentimen seseorang keluar melalui suatu media sebagai suatu mekanisme pertahanan diri, proses tersebut terjadi tanpa di- sadari oleh yang bersangkutan. Adapun tes proyektif adalah alat ukur kepribadian yang dalam mengungkap kepribadian menggunakan media atau materi sebagai tempat untuk memproyeksikan dorong- an, perasaan ataupun sentimen seseorang.

Ada dua macam tes proyektif yaitu yang berbentuk verbal dan non verbal. Tes proyektif verbal yaitu tes proyektif yang materinya mau- pun reaksi subyek dan instruksinya menggunakan bahasa, sehingga dalam tes ini dituntut suatu kemampuan bahasa contohnya SSCT dan EPPS. Murray dan pertama kali diterbitkan pada tahun Materinya berupa kartu yang bergambar sebanyak 19 kartu dan 1 kartu kosong.

Pelaksanaan tes dapat berupa individual maupun klasikal. Yang diungkap oleh tes ini adalah inner world seseorang yaitu motif, kesadaran dan ketidaksadarannya. Tes Rorschach dikembangkan oleh Hermann Rorschach. Ro menggunakan bercak tinta untuk alat bantu diagnosis kepribadian secara menyeluruh, diterbitkan pada tahun Materi terdiri atas 10 kartu, 5 buah diantaranya berwarna dan lainnya hitam putih. Langkah yang dilakukan untuk interpretasi adalah melalui skoring. Skoring didasarkan pada pengelompokan jawaban subyek dan di- pilah menjadi 3 kategori utama yaitu : lokasi bagian bercak mana yang digunakan untuk membuat jawaban , determinan bagaimana seseorang melihat bercak dan content apa isi jawabannya.

Tes Wartegg merupakan tes yang disusun oleh Ehrig Wartegg, menggunakan psikologi gestalt. Pengertian kepribadian diartikan dalam segi praktis yaitu bagaimana kepribadian itu berfungsi atau bekerja dalam diri individu.

Ada 4 fungsi dasar menurut Wartegg yang dimiliki oleh manusia dengan intensitas yang berbeda-beda. Keempat fungsi dasar tersebut adalah emosi, imajinasi, intelek dan aktivitas. Prinsip dari tes ini adalah menggambarkan sesuatu obyek yang sangat dekat dengan dirinya, namun dibatasi dengan kaidah yang tidak terlalu mengikat. Tes non proyektif Pada umumnya alat ukur kepribadian yang tidak menggunakan teknik proyektif menggunakan bentuk inventory.

Disusun oleh Raymont B. Bentuk A, B, C, D di- rancang untuk mereka yang tingkat pendidikan dan atau ke- mampuan membacanya rendah. Scheier dan R. Yang diungkap dalam tes ini adalah kecenderungan neurotik dan tingkat neu- rotiknya. Inventory ini terdiri dari pernyataan afirmative dengan pilihan respon benar, salah atau tidak dapat mengatakan, untuk individu berusia 16 tahun ke atas.

Pernyataan item meliputi ; kesehatan, simtom psikoso- matis, gangguan neurologis. Gangguan motorik, seksual, reli- gius, politik, sikap sosial, pendidikan, pekerjaan, keluarga dan perkawinan serta manifestasi perilaku neurotik atau psikotik seperti obsesif kompulsif, delusi, halusinasi, fobia, sadistic dan masochis. CAQ Clinical Analysis Questionaire Tes ini layak digunakan untuk usia remaja sampai dengan de- wasa dan akan menggambarkan kondisi klinis seseorang 5.

SSCT Sach Sentence Completion Test Tes yang dikembangkan oleh David Sach, item-itemnya berjumlah 60 berbentuk kalimat belum selesai dan harus diselesaikan oleh testee dan dari respon testee akan dapat diketahui adanya ham- batan sosial dari individu dengan agens of relationnya yaitu ke- lompok atau situasi yang memiliki relasi dengan kehidupan individu. Tes Minat Pada umumnya hasil tes minat digunakan dalam 4 bidang te- rapan yaitu konseling karier bagi siswa sekolah lanjutan, konseling pekerjaan bagi karyawan, penjurusan siswa sekolah lanjutan atau mahasiswa dan perencanaan bacaan dalam pendidikan dan latihan.

Konseling karier Hasil tes minat digunakan dalam konseling karier untuk siswa- siswa sekolah, khususnya sekolah umum SMU pada tahun-tahun pertama mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah. Walaupun demikian hasil tes minat dapat juga digunakan untuk siswa sekolah kejuruan yang merencanakan untuk segera bekerja setelah lulus. Selain itu konseling karier dapat digunakan bagi orang-orang putus sekolah lanjutan yang sedang mencari pekerjaan yang cocok bagi mereka dalam waktu dekat.

Kegunaan hasil tes minat bagi siswa SMA adalah untuk me- nunjukkan bidang pekerjaan secara umum dan luas agar mereka segera mempersempit berbagai alternative bidang pekerjaan dan memfokuskan diri pada beberapa bidang yang jelas. Konseling pekerjaan Hasil tes minat digunakan dalam konseling pekerjaan untuk karyawan-karyawan yang telah bekerja dalam perusahaan atau bi- dang pekerjaan yang lain.

Dalam hal ini fungsi tes minat adalah untuk mencek konsistensi antara tugas pekerjaan yang telah dija- lani dengan pilihan pekerjaan yang disukai. Selain itu tes minat dapat digunakan dalam rangka peningkatan efisiensi perusahaan dan kepuasan kerja karyawan. Jika jurusan atau program studi terbatas, missal 2 sampai 3 saja, maka sebaiknya kita tidak menggunakan tes minat yang mengukur minat seseorang secara luas.

Lebih tepat jika kita hanya menggunakan suatu tes minat yang sesuai dengan jurusan atau program studi yang ada. Perencanaan bacaan pendidikan Buku-buku bacaan di sekolah —sekolah SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi kadang-kadang tidak disukai oleh para siswa dan mahasiswa karena dipandang tidak relevan atau tidak sesuai dengan bidang minatnya.

Dalam system pendidikan klasikal tes minat dapat dimanfaatkan untuk mengetahui materi bacaan yang tepat bagi siswa agar prestasi mereka juga meningkat. Tes minat berfungsi untuk memilih jenis-jenis bacaan yang disukai oleh ma- yoritas siswa. Pada SVIB edisi tahun terdapat item yang mengukur 54 macam pekerjaan untuk pria. Bentuk yang lain digunakan khusus untuk 32 macam pekerjaan untuk wanita.

SCII terdiri dari macam pekerjaan, terdapat 6 faktor kepribadian yang berkaitan dengan minat yaitu realistic, investigative, artistic, social, interprising, konvensional.

Contoh tes yang valid yaitu tes inteligensi Stanford Binet dapat mengukur aspek kecerdasan anak-anak umur 6 — 14 tahun. Selanjutnya validitas isi terbagi menjadi dua tipe yaitu face validity muka dan logical validity. Validitas muka yaitu sesuatu tes dipandang valid kalau nampaknya for- mat penampilan telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Logical validity menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Suatu kri- teria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan Azwar, Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu predictive validity dan concurrent validity.

Vali- ditas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan berfungsi sebagai prediktor bagi performance di waktu yang akan datang. Concurrent validity lebih menunjuk pada hubungan antara skor tes yang dicapai dengan keadaan sekarang, atau apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi anatara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas kon- kuren.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan peng- ukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah Azwar, Estimasi terhadap tingginya relia- belitas dapat dilakukan melalui berbagai metode pendekatan. Secara tradisional menurut prosedur yang dilakukan dan sifat koefisien yang dihasilkannya terdapat tiga macam pendekatan reliabelitas yaitu : a.

Tujuannya me- lihat konsistensi antara item atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Tes itu harus distandardisasikan Standardisasi suatu tes bertujuan supaya setiap testee yang dites dengan tes tersebut mendapat perlakuan yang benar-benar sama. Karena skor yang dicapai hanya mempunyai arti kalau kita bandingkan satu sama lain; atau dengan kata-kata yang populer skor-skor yang dicapai dalam testing itu bersifat relatif.

Adapun hal- hal yang perlu distandardisasikan adalah: a. Item itemnya misal kata-kata, gambar, tanda-tanda, ukuran besar kecilnya.

Tes itu harus obyektif, yang obyektif itu adalah penilaiannya. Tes yang obyektif akan memberikan hasil yang sama kalau dinilai oleh tester yang berlainan. Tes itu harus diskriminatif, dapat mengungkap gejala tertentu dan menunjukkan perbedaan-perbedaan diskriminasi gejala tersebut pada individu yang satu dan individu yang lain. Tes itu harus comprehensive, dapat sekaligus mengungkap menyelidiki banyak hal.

Tes itu harus mudah digunakan. Konsep dan Teori Inteligensi M asyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan un- tuk memecahkan problem yang dihadapi. Beberapa ahli psikologi lebih suka memusatkan perhatian pada masalah perilaku intelegen.

Mereka beranggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi. Sedangkan perilaku intelegen lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya sehingga lebih berguna un- tuk dipelajari.

Dengan melakukan identifikasi terhadap ciri dan indikator perilaku intelegen maka dengan sendirinya pula definisi inteligeni akan terkandung di dalamnya Di antara perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain : 1. Kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat 2. Kemampuan mengingat 3. Kreatifitas yang tinggi 4. Vernon ada tiga arti mengenai inteligensi, pertama inte- ligensi adalah kapasitas bawaan yang diterima oleh anak dari orang tuanya melalui gene yang nantinya akan menentukan perkembangan mentalnya.

Kedua, istilah inteligensi mengacu pada pandai, cepat dalam bertindak, bagus dalam penalaran dan pemahaman, serta efi- sien dalam aktifitas mental.

Arti ketiga dari inteligensi adalah umur mental atau IQ atau skor dari suatu tes inteligensi. Inteligensi A dan inteligensi B pertama sekali diformulasikan oleh Donald Olding Hebb sebagai faktor yang berhubungan dengan genotype dan phenotype. Faktor genotype A merupakan faktor bawa- an termasuk yang berhubungan dengan fisik misalnya otak dan susunan saraf yang tidak dapat diamati secara langsung, yang diamati adalah perilakunya phenotype , yaitu bagaimana seseorang bertingkah, cara berbicara dan berpikir.

Phenotype ini tergantung pada interaksi gene dengan lingkungan prenatal maupun postnatalnya. Inteligensi B tidak statis selama hidup, namun berubah sesuai dengan pendidik- an dan pengalaman yang diperoleh individu. Inteligensi C adalah hasil suatu tes inteligensi, yang pada umumnya mengukur inteligensi B, karena dianggap inteligensi A hampir tidak dapat diukur.

Goddard pada tahun mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masa- lah-masalah yang akan datang.

Henmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Baldwin pada tahun mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.

Edward Lee Thorndike pada tahun mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. George D. Stoddard pada tahun mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang ber- cirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, ekonomis, di- arahkan pada suatu tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya.

Walters dan Gardber pada tahun mendefinisikan inte- ligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan- kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

Flynn pada tahun mendefinisikan inteligensi sebagai kemam- puan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar adri pengalaman. David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertin- dak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi ling- kungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bah- wa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog menyebut intele- gensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat in- telegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah- masalah tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu.

Kemampuan dan kecepatan kerja otak ini disebut juga dengan efektifitas kerja otak. Potensi intelegensi atau kecerdasan ada beberapa macam yang dapat didentifikasikan menjadi beberapa kelompok besar yaitu; 1. Inteligensi Verbal-Linguistik Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.

Inteligensi Logical-Matematik Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan dengan angka-angka dan simbol, serta kemampuan menghu- bungkan potongan informasi yang terpisah. Inteligensi Visual Spasial Merupakan kecerdasan yang berhu- bungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pan- dang yang berbeda.

Inteligensi Kinestetik Tubuh Merupakan kecerdasan yang ber- hubungan dengan kemampuan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut juga dengan bahasa tubuh body language. Inteligensi Ritme Musikal Merupakan kecerdasan yang berhu- bungan dengan kemampuan mengenali pola irama, nada dan peta terhadap bunyi-bunyian.

Inteligensi Intra-Personal Kecerdasan yang berfokus pada pe- ngetahuan diri, berhubungan dengan refleksi, kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran rohani. Orang yang mem- punyai kecerdasan intra-personal tinggi biaasanya adalah para pemikir filsuf , psikiater, penganut ilmu kebatinan dan penasehat rohani. Inteligensi Interpersonal Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non- verbal.

Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempu- nyai rasa empati yang tinggi.

Inteligensi Emosional Kecerdasan yang meliputi kekuatan emo- sional dan kecakapan sosial. Sekelompok kemampuan mental yang membantu seseorang mengenali dan memahami perasa- an orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk meng- atur perasaan-perasaan diri sendiri.

Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah: 1. Faktor bawaan atau keturunan Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0, IQ mereka berkorelasi antara 0,40 — 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 — 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.

Selanjutnya bukti pada anak kembar yang di- besarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Faktor Lingkungan Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-per- ubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.

Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emo- sional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting. Intelegensi dan IQ Orang seringkali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti intelegensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang di- peroleh dari sebuah alat tes kecerdasan.

Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental mental age dengan umur kronologik chronological age. Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-per- soalan yang disajikan dalam tes kecerdasan umur mental tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu se- umur dia pada saat itu umur kronologis , maka akan diperoleh skor 1.

Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mengalami kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bah- kan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan. Alat tes itu dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio perbandingan antara mental age dan chronological age. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ.

Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja General factor , tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori faktor Factor Theory of Intelligence. Disamping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.

Inteligensi dan Bakat Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes Inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap ke- mampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan ada- lah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Alfred Binet memulai suatu usaha pengukuran in- telligensi dengan mengikuti metoda Paul Broca yang saat itu sangat popular di kalangan ilmuwan.

Pengukuran intelligensi termaksud dilakukan dengan cara mengukur lingkaran tempurung kepala anak- anak kraniometri. Ketika di tahun Binet kembali menekuni usaha pengukur- an inteligensi, ia meninggalkan sama sekali pendekatan kraniometri dan berpaling ke metoda yang lebih psikologis.

Binet mulai membuat alat baru yang dirancang untuk mengukur ketajaman bayangan ke- tahanan dan kualitas perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika, dan kecakapan menemukan kesalahan logika serta memahami kalimat-kalimat. Sejarah menggariskan bahwa Binet menjadi seorang pemancang tonggak awal perkembangan tes-tes inteligensi modern di seluruh dunia. Untuk itu diperlukan suatu alat ukur yangmampu membedakan mana anak yang lemah mental dan mana yang tidak.

Seorang dokter bernama Theodore Simon bersama binet membuat skala inteligensi yang dikenal sebagai Skala Binet-Simon. Skala itu dikenal juga sebagai Skala , terdiri dari 30 soal yang disusun berdasarkan tingkat kesukaran yang semakin meningkat.

Dalam skala itu tidak terdapat petunjuk yang pasti mengenai bagaimana cara menghitung skor yang diperoleh seorang anak. Pada skala kedua yang dikenal sakala , jumlah tesnya diperbanyak dan beberapa tes pada skala pertama yang terbukti tidak begitu baik dibuang.

Kemdian skor anak dalam tes dinyatakan dalam bentuk usia mental yang sama dengan usia kronologis anak nor- mal yang berhasil mengerjakan tes pada level tersebut. Pengertian usia mental adalah sama dengan level mental yang merupakan is- tilah yang lebih disukai oleh Binet.

Skala Binet-Simon yang terakhir terbit pada tahun ke- matian Binet. Beberapa tes baru ditambahkan pada level-level usia tertentu dan dilakukan pula perluasan soal sampai mencakup pada level usia mental dewasa.

Sejak itu, skala Sanford-Binet menjadi skala standar dalam psikologi klinis, psikiatri, dan konseling pendidikan. Pada tahun , mengalami revisi penting. Yaitu a konsep IQ deviasi dari Wechsler mulai digunakan pada skala ini dengan cakupan angka mulai dari 30 sampai dengan Terakhir, versi terbaru skala Stanford-Binet terbit tahun memuat 4 kelompok penalaran dan berisi berbagai mecam tes baron.

Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han SM- M , namun seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah pada bidang militer, perpajakan, pertanian, dan geografi. Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer perancis dan Inggris. Menurut Gregory , seleksi ini keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina yang kompleks.

Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan dengan baik oleh para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama yang menggunakan laboratorium de- ngan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt mengem- bangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan Cattel menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan pada tidak dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani.

Meskipun Pada dasarnya tes men- tal temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton. Ranupandojo, H. Rasul, Syahruddin. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran. X Batam. Buletin Studi Ekonomi. Volume 18 No 1. Februari Ravianto, J. Produktivitas dan Pengukuran. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi. Riswan Yudhi Fahrianta dan Imam Ghozali.

Organiational Behavior Twelfth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Robbins, Stephen P, Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Terjemahan: Benjamin Molan. Santoso, Taufik Imam. Malang: Setara Press. Metode Penelitian Pendekatan Praktisdalam Penelitian. Samsudin, Sadili. Cetakan Kesatu. Pustaka Setia. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Lingkungan, Penerbit PT. Gramedia Grasindo, Jakarta. Safitri, Niken.

Merapi Utama Pharma Cabang Yogyakarta. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Sekaran, Uma. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 2 Edisi 4. E-Jurnal Manajemen, 2 7 : pp Shafritz, Jay M. Introducing Public Administration. New York, Longman. Simamora, H. Edisi Ketiga. Siagian, Sondang. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Gunung Agung ; Jakarta. Siagian, Sodang P. Manajemen sumber daya manusia.

Jakarta: Bumi Aksara. Siegel G, and Marconi, H. Behavioral Accounting. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Siswanto, B. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Edisi 2. Bumi Aksara; Jakarta. Soekidjo Notoatmodjo.

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Sukmawati, Ferina. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Sulistiyani, Ambar Teguh, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Toko Gunung Agung. Manajemen Karyawan. Edisi 1. Prenada Media Group. Supriyono R. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Supriyono, R. Akuntansi Manajemen, Edisi pertama, Cetakan pertama.

Yogyakarta: Pedagogia Soeprihanto, John. PBFE Yogyakarta. Sonny Sumarsono, HM. Statistika Untuk Penelitian. Sugiyono, Cetakan ke Bandung: Alfabeta. Sunyoto, Danang. Edisike-1 Cetakan ke Sunyoto, Danang, Metodologi Riset Bisnis.

Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Gajah Mada Universitas; Yogjakarta. Sutrisno, Edy. Jakarta: Prenada Media Group. Sutrisno, Edi. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Stonner, James, A. Prenhalindo ; Jakarta. Soeprihanto, John. Bandung: Penerbit Informatika Swasto, Bambang.

Saydam, Gauzali Prihadi, Teguh dan Rosidah. Yogyakarta: PT. Tika, Pabundu. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bumi Aksara ; Jakarta. Timpe, D. Cetakan Kelima. Gramedia Pustaka Utama. Management leading and collaborating in a competitive world. McGraw hill, NY. Budaya Kerja. Jakarta: Penerbit Golden Trayon Press. Agus Tulus, Moh. Gramedia Pustaka Utama, , hal. Umi, Narimawati.

Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Akasara. Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Settiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Sekaran, Uma, Umar, Huzein, Riset Sumber Daya Manusia. Cetakan Keempat. Penerbit PT. Umar, Husein. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Cetakan kedua. Pustaka Utama, Jakarta. Hamzah B. Jakarta: Bumi aksara. Victor H. Veithzal, Rivai. Fikri C. Warnanti, Asri. Jurnal Serambi Hukum Vol.

ISSN: Wexley, K. Organizational Behavior and Personnel Psychology. Richard D. Irwin: Home wood, Illinois. Wahyudi, Bambang. Bandung: Sulita Wahyudin dan Prasetyo, E. Perencanaan Pendidikan Partisipatori. Rineka Cipta ; Jakarta. Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widjajanto, Nugroho. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Erlangga Winadarta, Nitya. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.

Semarang Wirjono, A. Wursanto, IG. Manajemen Kepegawaian. Penerbit Kanisius ; Yogyakarta. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Divisi Buku Perguruan Tinggi. Imam Ghozali dan Yusfaningrum, Kusnasriyanti. Leadership in organizations. UU No. Undang-undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah. PP Nomor 58 Tahun Adni, S. Skripsi Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Padjajaran. Afrida, Tjut. Jakarta: Pascasarjana UNJ. Alwy, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Depdiknas. Ambarita, Biner. Kepemimpinan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa. Pengantar Penelitan. Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional. Menejemen Pengajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Arnold, Fieldman. The Schol Manager. North Sidney Australis:Alen and. Asmawi, Rosul, M. Strategi Meningkatkan Lulusan Bermutu di Perguruan. Bacal, Robert. Performance Management. Alih bahasa Surya Dharma dan. Yanuar Irwan. Bailey, Johnson. Work Performance. New Jersey:Englewod Clift.

Bateman, Arnold. McGraw-Hil Colage. Baten, Joe G. Tough-Minded Leadership. New York: Amacon-Amarican. Blanchard , Keneth H. Management of Organizational. Utilzing Human Resource. New jersey. Prentice Hal Inc. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo Persada. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Organizational Behavior. Performance and Commitment in The Workplace. Singapore: McGraw- Hil. Wiliam G. Teknik Penarikan Sampel, Terjemahan: Rudiansyah. Darmo Dihardjo Dardji. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Balai. Profesionalisme Antara Harapan dan Kenyatan. Mengunakan Bahasa Tubuh yang Baik. Depertemen Pendidikan Nasional. Manajemen Sekolah. Jakarta: Pusdiklat. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Donely, James H. Gibson, James and Ivancevich, John M. Fundamentals of Management.

Ilinois: BPI rwin. Echols, Jhon M. Hasan Shadily. Kamus Ingris-Indonesia. Fernandes, H. Testing and ction Measurement.

Jakarta: National Edu. Planing, Evaluation and Curiculum Development. A Theory of Leadership Efectivenes. New York: McGraw. George Jenifer,M. George, and Gareth R. Understanding and. Managing Organizational Behaviour. Fifth Editon. Uper Sadle. Gibson, L. Jild I,. I terjemahan :Zuhad Ichyaudin.

Goldberg, A. Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi. Yusuf , Edisi I,. Educational Psychologi. New York:. Gordon, Judith R. Organization Behaviour. A Diagnostic Aproach. Gordon, Jerald and Robert A. Behavior Organization. New Jersey:. Gumelar dan Dahyat. Administrasi Pendidikan Dasar Teorits dan Praktis. Halsey, GD. Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai Anda. Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitan Kuantiatif dalam.

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link. Need an account? Click here to sign up. Download Free PDF. Lena Samuel. Jeanny Nathir.



0コメント

  • 1000 / 1000